FEF, Kasuarinews.id – Bupati Tambrauw Gabriel Asem, SE, M.Si dan Wakil Bupati Mesak Metusala Yekwam, SH akan mengakhiri masa jabatannya pada Mei 2022 tepatnya tanggal 22 Mei. Untuk Bupati Gabriel Asem, ini adalah periode kedua kepemimpiannya sebagai bupati sehingga sesuai aturan perundangan, sudah tidak bisa mencalonkan diri lagi. Pertanyaannya, siapa yang akan mengantikan Gabriel Asem sebagai bupati Tambrauw yang akan ditentukan melalui Pilkada 2024 mendatang?

Kasuarinews.id berusaha merangkum sejumlah tokoh yang menjadi kandidat kuat untuk mengantikan Gabriel Asem sebagai bupati Tamabuw. Kandidat-kandidat itu sudah ada yang secara terbuka dan terang-terangan menyatakan akan maju dalam Pilkada Tambrauw 2024 mendatang tetapi sebagian lagi masih malu-malu kucing dengan mengambil sikap melihat perkembangan situasi di lapangan.
Untuk bakal calon bupati yang sudah terang-terangan mengungkapkan keinginannya ke publik baik lewat media massa maupun media sosial untuk maju di Pilkada Tambrauw 2024 mendatang adalah Wakil Bupati saat ini Mesak Metusala Yekwam, anggota DPRD Tambrauw Amos Gefilem, Kadis Pertanian Tambrauw Thomas Kofiaga, anggota DPR Papua Barat Drs. Barnabas Sedik, intelektual muda Tambrauw Paul Baru, Kadis Pariwisata Papua Barat Yusak Wabia, Kepala Kesbangpol Tambrauw Harun Bonepay, mantan Kadis Lingkungan Hidup Tambrauw Oscar Bame. Selain calon-calon itu, ada juga sebagian calon yang masih malu-malu muncul ke publik seperti anggota DPRD Tambrauw dari Partai Golkar Yeremias Sedik, mantan Ketua dan anggota DPRD Tambrauw Petrus Yewen, anggota DPRD Tambrauw dari Hanura David Sedik, Anggota DPRD Tambrauw dari PDI Perjuangan Vinsen Tawer, Kepala Dinas Pendidikan Tambrauw Yosep Yewen. Meski begitu banyak calon bermunculan, namun bisa jadi akan muncul kandidat lainnya di luar nama-nama itu.
Selain bakal calon bupati, ada juga sejumlah nama yang mulai bermunculan sekaligus menjadi incaran untuk diduetkan dengan bakal calon bupati di atas seperti mantan wakil bupati Tambrauw yang berpasangan dengan Bupati Gabriel Asem pada periode pertama yakni Yohanes Yembra, Wakil Ketua DPRD Tambrauw Paulus Ajambuani, Kepala Distrik Kebar Selatan Yoel Akemi, Kepala distrik Mubrani Ismail Manim, mantan anggota MRP PB Rafles Yewen, tokoh masyarakat Tambrauw Yance Kinho, anggota DPRD Tambrauw Frengky Baru, mantan kepala distrik Bikar Marietah Pupela, Plt. Kadis Perikanan Tambrauw Bartho Asem, Kadis Perumahan Tambrauw Marthen Yeblo, Ricky Mofu dan sejumlah kandidat lainnya.
Melihat banyaknya kandidat bakal calon bupati dan wakil bupati Tambrauw, akademisi Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari, yang juga anak asli Tambrauw, DR. Yefet Syufi mengaku senang. “Banyak kandidat bakal calon bupati dan wakil bupati anak asli Tambrauw adalah sesuatu yang positif. Artinya apa? SDM asli Tambrauw sudah sangat siap memimpiun daerahnya dan regenerasi kepemimpinan berjalan secara normal. Hal lainnya yaitu munculnya banyak kandidat itu juga harus dilihat bahwa begitu banyak anak Tambrauw yang punya niat mulia membangun daerah asalnya,” ujar Syufi beberapa waktu lalu.
Syufi sangat menghargai keinginan para tokoh itu maju untuk membangun daerahnya. Namun kata Syufi, yang perlu digarisbawahi adalah keinginan dan ambisi saja tidaklah cukup. “Pemilihan bupati dan wakil bupati itu bukan pemilihan ketua kelas atau pemilihan kepala kampung karena harus mempertimbangkan sejumlah hal. Memang benar, semua warga Tambrauw dan warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat punya hak yang sama untuk maju dalam kontestasi Pilkada dan itu harus dihargai,” ungkap dia.
Namun kata Syufi, niat, keinginan dan ambisi saja tidak cukup. Ia menyarakan agar para kandidat entah bupati dan wakil bupati yang berniat mengikuti kontestasi Pilkada Tambrauw 2024 dapat mengukur diri dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu elektabilitas, jaringan politik dan logistik. “Kalo hanya sekerdar maju, saya juga bilang bisa maju tetapi kita harus mengukur diri. Artinya, dikenal masyarakat atau tidak? Punya basis massa yang jelas atau tidak? Juga punya jaringan ke partai politik atau tidak? Artinya, didukung partai politik atau tidak? Ataukah melalaui jalur independen?. Orang mau maju kan harus ada kendaraan politik. Artinya punya perahu. Selain itu, punya logistik atau tidak? Bukan rahasia lagi bahwa maju dalam kontestasi politik apalagi Pilkada butuh uang yang besar. Saya beri saran saja, kalo kandidat-kandidat itu memenuhi syarat di atas, silakan maju tetapi jika tidak harus pikir-pikir lagi. Misalnya, soal logistik, kalo cuma punya uang 1 milyar, lebih baik dipakai untuk usaha atau hari tua saja,” saran Yefet menambahkan bisa saja karena pertimbangan-pertimbangan itu, akan muncul figur lain yang tidak diduga-duga. (Omar)