Jumat, Mei 17, 2024

Meriah, Perayaan Ekaristi Minggu Palma di Gereja Katolik Imanuel Sanggeng, Manokwari

MANOKWARI, Kasuarinews.id – Perayaan Ekaristi Minggu Palma pada Minggu (10/4/2022) pukul 08:00 Wit di gereja Katolik Paroki Imanuel Sanggeng berlangsung meriah sekaligus khitmat. Sejak pukul 07:30 Wit umat sudah memadati gedung Gereja yang di depannya telah dipasang tenda tambahan untuk mengantispasi membludaknya umat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Minggu Palma dipusatkan di Gereja, tidak dengan perarakan karena pertimbangan pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Daun-daun palma telah dibagikan di tempat duduk setiap umat yang hadir dan pemberkatan daun palma dilakukan tepat di depan gedung Gereja, setelah itu daun palma yang telah dipegang umat direciki dengan air berkat oleh Pastor. Perayaan Ekaristi dipimpin Pastor Atanasius Bame, OSA sebagai konselebran utama didampingi Pastor Paroki Imanuel Pst. Philipus Sedik, OSA.

Pastor Atanasius Bame, menjelaskan bahwa gereja Katolik memiliki banyak simbol yang kaya makna. Salah satunya adalah mengawali masuk gereja dengan pemberkatan dan perarakan daun palma, meski seremonial perarakan ditiadakan karena pademi Covid-19. Melalui perarakan ini, umat diajak untuk mengenang kembali peristiwa ketika Yesus dulu pernah dielu-elukan orang-orang yang percaya akan segala mukjizatNya. Mereka masih memuji-muji dan memeriahkan Yesus karena melihat mukjizat, namun mereka belum memahami apa arti mukjizat yang sebenarnya. Mukjizat yang dilakukaan Yesus sebetulnya bisa membantu mereka untuk mengenali Yesus bahwa Yesus adalah sosok yang dinanti-nantikan yakni sebagai Sang Mesias. Mereka belum tahu apa arti mukjizat.

Pastor Bame saat renungan pemberkatan daun Palma menyampaikan ketika Yesus memasuki Yerusalem begitu banyak orang menerima Dia dengan bersorak sorai sambil menyapa Hosana Putra Daud.

Ia mengatakan berbagai opini di kalangan mereka melihat diri Yesus sebagai Raja yang mungkin bisa memimpin mereka untuk memerintah dan menindas selayaknya raja-raja mereka terdahulu.

“Namun, apa yang mereka pikir dan apa yang juga kita di zaman sekarang ini mungkin berpikir hal yang sama akan arti raja itu. Yesus bukanlah raja untuk berkuasa, bukan raja untuk menindas dan bukanlah raja yang memimpin dengan kekuasaan duniawi. Yesus sebagai Raja yang memimpin kaum lemah dengan kasih setia, dengan kelemahlembutan dan dengan kuasa Allah. Yesus adalah Raja surgawi yang di dalamnya terdapat kehidupan yang abadi dan penuh kedamaian,” ujarnya.

Kata Pastor Bame, dalam perayaan minggu palma, umat diajak untuk mengenangkan kemeriahan memasuki Yerusalem sebagai tempat dimana Yesus dielu-elukan sekaligus dibunuh; dua sisi yang berbeda dalam waktu yang singkat. Yerusalem disimbolkan dengan gedung gereja. Maka perarakan (meski ditiadakan) melambangkan perjalanan menuju Yerusalem baru. Yerusalem baru masih kita rindukan yakni saat kita disatukan dengan Tuhan sendiri kelak ketika Kristus datang untuk kedua kalinya yakni kedatangan Kristus pada akhir zaman. Kedatangan Kristus yang pertama adalah saat Yesus lahir di dunia dan kedatangan Yesus yang kedua adalah pada akhir zaman.

Dalam perayaan ekaristi itu, petugas passio  menarasikan kisah sengsara Yesus dengan sangat baik dan membawa umat kepada penghayatan mendalam.

Sementara dalam kotbahnya,  Pastor Bame tak menampik bahwa perayaan ekaritisi Minggu Palma tahun ini berbeda dengan 2 tahun sebelumnya yang begitu sepi karena adanya pandemi Covid-19. “Kita bersyukur karena bisa bertemu lagi setelah hampir 2 tahun masyarakat dilanda pandemi Covid-19 sehingga banyak aktivitas termasuk kegiatan gerejani terpaksa dibatasi. Hari ini luar biasa karena banyak umat yang hadir. Gedung gereja penuh meski tetap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Pastor Bame. Dia menyebutkan bahwa pekan suci ditandai dengan perayaan minggu palma. Palma yang tadi dibawa sebagai sarana untuk mengelu-elukan Yesus, nanti akan dibawa pulang ke rumah.

Liturgi minggu palma tidak dimaksudkan untuk menaruh belas kasihan kepada Yesus. Dalam bacaan kitab suci, Yesus digambarkan sebagai sosok yang tabah dan kuat menjalani semua derita. Yesus merendahkan diri, mengosongkan dirinya  dan taat sampai wafat di salib.

Pastor Bame juga mengajak umat untuk mau melihat diri sendiri dan berjuang dari waktu ke waktu untuk terus-menerus memperbaharui kemanusian kita. “Bisa jadi di dalam diri kita ada kejahatan-kejahatan yang bersengkongkol untuk melakukan kejahatan. Sebagaimana Herodes dan Pilatus yang semula berseteru namun karena mempunyai kepentingan yang sama yakni untuk membunuh Yesus maka keduanya menjadi bersepakat dan rukun. Itulah politik. Tidak ada musuh yang abadi. Yang abadi adalah kepentingan,” ujarnya.

Ia mengajak agar di masa Minggu sengsara ini umat dapat  mengenang akan kehidupan Yesus yang telah disiksa hingga mati di kayu salib. Tuhan tidak membutuhkan penjemputan dengan kemewahan. “Tuhan hanya membutuhkan wajah kita, telinga kita untuk mendengar dan menyaring suara yang benar, Tuhan membutuhkan mata kita untuk melihat yang benar, Tuhan membutuhkan mulut, lidah dan suara kita untuk menyuarakan kejujuran, kebenaran dan mewujudkan dalam tindakan nyata. Tuhan membutuhkan mulut dan suara kita untuk mewartakan kebenaran akan Yesus,” ujarnya. Umat yang hadir dalam mengikuti prosesi ini sebagai tanda partisipasi umat dalam memasuki minggu sengsara mengenang disaat akhir kehidupan Yesus hingga ia disiksa dan disalibkan sampai mati.(KN3)

 

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

4 × 4 =

- Advertisment -spot_img

Berita Terakhir