Selasa, Mei 21, 2024

Misi Gereja Katolik di Papua Harus Diwujudkan dengan Karya Nyata, Bukan Kegiatan Seremonial Belaka

MANOKWARI, Kasuarinews.id – Vitalis Jumte, S.Pd, mantan Ketua  Ikatan Cendekiawan Awam Katolik Papua (ICAKAP) dan juga Mantan Ketua Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Barat mengatakan bahwa makna religius dari masuknya misi Gereja Katolik di pulau  Sekru di Kabupaten  Fakfak, tanah Papua yang dibawah oleh misionaris Pastor  Cornelis Le Cocq Ardanfile SJ tahun 1894 harus diwujudnyatakan melalui karya nyata oleh awam Katolik bukan melalui kegiatan seremonial belaka. Hal itu diungkapkan Vitalis menanggapi digelarnya seminar mengenai misi Gereja katolik di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu, salah satunya sejarah masuknya Gereja Katolik di tanah Papua yang dibawah oleh misionaris Pastor Pastor  Cornelis Le Cocq Ardanfile di Pulau Sekru Fak FAK Papua Barat tanggal 22 Mei 1894.

“Yang jauh lebih penting adalah bagaimana awam Papua masa kini dapat mengaktualisasikan semangat pengorbanan Pastor Cornelis Le Cocq dalam karya nyata untuk melayani masyarakat dan umat demi peningkatan kesejahteraan yang lebiah baik. Itu nilai hakiki dari pesan misionaris Pastor Le Cocq, bukan nilai historis dibalut dengan perayaan  seromonial belaka yang menyita energi belaka,” ujar Vitalis saat ditemui beberapa waktu lalu di Aston Niu Hotel, Manokwari.

Secara pribadi, kata Vitalis, dirinya sangat menghargai kerja panitia yang mempersiapkan dan menggelar seminar sejarah gereja Katolik masuk di tanah Papua. “Terima kasih kepada panitia yang telah mempersiapkan dan mengadakan acara seminar begitu bagus mengenai sejarah gereja Katolik di Papua dan Papua Barat. Tapi mungkin pesan saya, semoga makna keselamatan dapat terwujud dalam karya nyata buka seremonial. Makna keselamatan itu begitu luas dan dalam,” ungkap Vitalis.

Menurut dia, misi suci karya Pastor Le Cocq di Fakfak dapat menjadi pertimbangan bagi gereja Katolik di Keuskupan Manokwari Sorong untuk memasukannya menjadi sebuah muatan lokal pelajaran Agama Katolik di sekolah-sekolah milik yayasan Katolik sehingga generasi muda Katolik di tanah Papua khususnya Papua Barat dapat mengerti akan suka duka perjuangan para misonaris dalam pekabaran Injil Allah di Papua. “Saya kira, misi gereja Katolik dan gereja Kristen lainnya di tanah Papua zaman dulu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Pertanyaannya: mengapa karya para misionaris dulu di tengah segala keterbatasan boleh dikatakan berhasil sedangkan saat ini di zaman serba maju, justru misi gereja semakin ketinggalan zaman? Ini harus menjadi bahan permenungan bagi seluruh gereja yang ada di tanah Papua,” tandas Vitalis. (AN)

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

five − 4 =

- Advertisment -spot_img

Berita Terakhir